Selasa, 10 Maret 2020

Goresan Pena dan Rasa

Sembuluh, 10 Maret 2020, 13.14 WIB penulis : silpanus
Sembuluh, 10 Maret 2020, 13.14 WIB penulis : silpanus
Teratai (ost. Teratai Untuk Via. MGI)

Adakah diantara kalian yang meyakini tentang cinta pada pandangan pertama? Atau first love never die? Ah, romantisme cinta yang tiap orang tentulah berbeda dalam memaknainya. Namun, sejauh masa apa pun cinta merupakan kata sakti yang tak pernah basi. Wujudnya berpendar bagai bianglala, kekuatannya mampu mengubah dunia serasa di surga Kisah cinta sepasang kekasih yang tampan dan rupawan menjadi pujaan para gadis remaja. 

Dan yang gadis yang cantik jelita menjadi idaman para laki laki. Keduanya menjadi rebutan! Walau begitu mereka tetap saling mencintai. Hingga suatu hari sang laki laki di aniaya karena tidak terima sang gadis memilih laki laki tampan rupawan itu.


Lalu, apakah makna tertati bagi sang jejaka dan gadis itu? apakah mereka berjodoh? Dan warna apa yang ada dalam kisah mereka..


Tanpamu (ost. Si Manis Dari Demak, MGI)


Angin tidak lagi terasa semilir dingin saat itu, namun hembusan nya seakan mampu melepaskan daun dari rantingnya. Di langit nampak gumpalan awan hitam menggelayut di tiang tiang cakrawala tanah kami. Keperkasaan sang surya dengan ultra violetnya nampak mencabik cabik gumpalan awan awan hitam itu. Namun awan awan itu dengan pongahnya tak menghiraukan panasnya surya
Didaratan, di tanah yang sudah dilapisi oleh semen. Segerombolan anak sedang asyik menikmati ritme norse dari pembinanya. Mereka tidak perduli dengan perseteruan awan hitam dan sang surya. Apalagi hembusan angin yang sudah memprovokasi keadaan di pukul dua siang itu. Tangan dan gerakan tubuh mereka mengikuti tiap kata yang diucap oleh sang pembina.

Ritme tanpa nada dan alunan musik itu, terus mereka lakukan. Hanya kibaran bendera berukuran kecil yang selalu bergerak kekiri kekanan bahkan naik dan turun yang selalu berkibar dan mengeluarkan deru khasnya. Sesekali hanya lukisan senyum nyata yang terbesit di wajah wajah polos saat kesalahan yang mereka lakukan.
Entah mengapa kumpulan orang orang yang seragam coklat, dengan dasi khusus itu mendadak perlahan bubar. Ternyata kegeraman halilintar sudah tidak terbendung lagi. Perseteruan sang surya yang mencabik awan awan hitam dengan ultra violetnya semakin kasat mata. Hembusan angin yang memprovokasi semakin menjadi jadi. Daun tidak lagi jatuh, kini rantingnyapun ikut berterbangan. Hingga gaung halilintarpun pecah.
Anak anak dan pembina itu, buru buru menuju kuda besi mereka masing masing. Berusaha meninggalkan tempat itu dan menuju rumahnya. Karena kemarahan sang halilintar, membuat awan awan hitam itu mulai menangis. Air matanya kini jatuh berderai membasahi tempat dimana anak anak dan pembina berbagi ilmu. Mereka berharap di Jumat berikutnya tak ada lagi perseteruan surya, awan hitam dan hembusan angin.

Disaat Ini (ost. Susanto Jejak di Labkom. MGI)

Dulu ia sama seorang siswa juga, pernah di didik dan di ajar oleh gurunya dengan banyaknya mapel dan ragam nasehat. Itu dulu dan sudah lama berlalu. Bahkan untuk urusan gadget dan dunia teknologi saat itu seperti mengajarkan berenang. Untunglah tidak seperti orang yang menunggu ayam tumbuh gigi. Karena zaman semakin berkembang dan keterbukaan pada mobilisasi informasi yang kian masif di gunakan. Walaupun zonasi wilayah bukan seperti perkotaan dan hanya di sebuah desa yang letaknya ratusan kilometer dari ibukota.
Sekarang, ia come back to school ketempat dimana dulu menimba ilmu. Bukan lagi sekadar menimba, tapi kini membagi apa yang dimilikinya, mungkin gelasnya telah penuh, dan sekarang ia datang membagikan isi gelas itu kepada para muridnya, bahkan untuk orang orang yang pernah menjadi gurunya. Karena ilmunya sudah cukup untuk menghadapi arus teknologi di dunia pendidikan yang semakin tak terbendung dengan digitalisasi.

Statusnya hanyalah sang honorer, yang kadang gajinyapun telat kadang cukup, yah! Cukup untuk seorang bujangan dan bayar cicilan motor,. Itupun harus di subsidi dengan pekerjaan sampingannya yang lain. Walaupun aku pernah mengajarinya tentang TIK, tapi sekarang aku mengaku kalah dengan dirinya, kalau seperti kelas tinju. Aku hanya di kelas terbang, sementara ia sudah di kelas berat WBC. Hahaaaaa, dulu ia muridku, koq sekarang sepertinya aku yang jadi muridnya untuk urusan digitalisasi. Hmm, siapa sangka dunia bisa terbalik yah!
Tapi syukurlah, keiklasannya pada setiap level di sekolah, tidak membuatnya menjadi pongah karena kemampuannya itu. Ia menjadi guru bagi semuanya, guru bagi siswa, dan guru bagi guru lainnya. Semoga saja keiklasannya menjadi catatan tersendiri di langit, dan kelak akan mendapatkan hasil yang manis dan indah pada waktunya. Karena bimbingannya akan terus dirasakan bagi yang benar benar merasakan pengabdiannya itu. Semangat terus sang honorer, semoga keiklasanmu berbuah manis.

Lestarikan Danauku, (ost.danau sembuluh)
Kalau tinggal di sekitar danau, asyiknya kalau bisa menikmati isinya juga. Maksudnya menikmati aneka ikan yang layak di konsumsi dari danau itu. Tinggal cari pellet atau umpan yang di gemari ikan, pasti pulangnya membawa hasil tangkapan. Nah, kalau lagi semangat, boleh juga pakai jaring, asal jangan pakai pukat harimau dengan jala yang rapat. Kalau sudah begitu pasti habis ikan ikan itu, dari kakek sampat cicitnya. Kadang kadang telurnyapun ikut tersangkut di jaring rapat itu.

Ikan ikan didanau atau sungai rasanya beda dengan ikan yang di budidaya dengan pellet. Kadang kadang rasa dari ikan itu terbawa dari apa yang mereka makan. Dari waktu kewaktu ternyata tidak selamanya ikan yang hidup di danau itu selalu ada. Walaupun tempat mereka berenang dan mandi masih sama, tetapi ikan ikan itu kadang sulit dicari. Apakah karena sumber makanannya telah habis? Apakah ikan ikannya pada mandul hingga tidak bisa beranak pinak lagi? Atau ada mahluk lain yang memakan mereka dengan ganasnya? Atau ada hantu yang membuat ikan ikan itu pada takut dan lari terbirit birit ketempat lain?

Semoga saja para ikan ikan yang lezat lezat dari danau dan sungai selalu ada. Dan semoga mereka hanya bersembunyi untuk menggemukkan diri, agar siap ditangkap pada waktu yang telah tepat. Dengan begitu harganyapun jadi ikutan naik. Seiring naiknya berat badan mereka. Dan kelangkaannya. Bukan karena sensasi kelezatannya. Sebab rasa lezat itu hanyalah sebuah halusinasi rasa dari setiap penyedap rasa. Yang hanya terasa cuma di mulut dan kerongkongan saja. Tidak sampai saat buang air besar juga lezatnya.

Semoga tempat mereka berenang, berendam dan mandi juga selalu tetap terjaga. Karena walaupun mereka gemuk tapi kalau airnya sudah tak sedap lagi, bagimana rasanya. Lebih baik ganti menu saja dengan kokok ayam jago yang tak kalah lezatnya. Walaupun mereka tidak suka air. Tapi sama saja perlu air minum untuk melepas dahaga. Karena apapun lebelnya makluk hidup yang ada pastilah perlu air, karena airlah bagian lambang suatu proses kehidupan. Sama seperti manusia yang berproses dari AIR

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ayo berkarya terus semoga kelak berbuah manis

LAUK KAPAR

           PILIHAN GANDA 1.       Cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun k...