CERITA FIKSI

 Sembuluh, 25 Januari 2018, 09.15.WIB Oleh : Silpanus


Suatu hari di tahun 1994 Fakultas Ekonomi khususnya segenap mahasiswa kristen yang sudah lama membentuk kepengurusan Permakris FE, mengadakan kegiatan pembentukan kepengurusan baru yang akan melanjutkan program program Pemakris FE untuk beberapa waktu kedepan, kepengurusan lama yang di pimpin oleh Ema (red) mengagendakan untuk pelaksanaan pembentukan kepengurusan baru dilaksanakan di luar kota, yakni di sebuah taman wisata (Padang Himba) tepatnya di Arboretum, kurang lebih 30 km dari kota Palangka Raya perjalanan ketempat tersebut, pada hari yang sudah di tentukan semua mahasiswa yang mendapat undangan dari pengurus lama ikut serta dalam Ibadah Padang sekaligus pembentukan pengurus baru, tidak semua mahasiswa kristen yang hadir akan tetapi di saat itu  pendopo tempat acara berlangsung setiap sudut pendopo di penuhi oleh para mahasiswa kristen yang bukan didominasi oleh satu aliran saja, karena memang Permakris FE adalah persekutuan mahasiswa kristen yang dalam tata ibadahnya lebih bersifat oikumene, bukan hanya itu saja? Mahasiswa dari berbagai sukupun bebas bergabung dengan Permakris FE selama yang bersangkutan merasa bagian dari persekutuan tersebut.


Setelah melaksanakan ibadah padang dan firman Tuhan yang disampaikan oleh hamba Tuhan, pengurus lama kemudian mempersiapkan beberapa kandidat untuk menjadi pengurus baru, salah satunya adalah silpanus yang di usulkan oleh beberapa kawan kawannya untuk bisa ikut dalam calon pengurus, awalnya diterima dengan berat hati untuk maju sebagai calon, namun karena support dari beberapa kawan kawan akhirnya memberanikan diri untuk maju, itupun diam diam silpanus berpesan pada beberapa temannya, nanti kalau sudah voting jangan sampai memilih dirinya, alasannya belum paham, maklumlah diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi tahun 1993, terus di calonkan untuk masuk kepengurusan Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Ekonomi di tahun 1994, wajar saja beralasan belum paham, harapan silpanus berbeda dengan kenyataan, ternyata apa yang di pesankannya pada teman temannya untuk tidak memilih namanya pada voting justru tetap memilihnya hingga berakhir dengan terpilihnya silpanus sebagai ketua Permakris FE di tahun 1994, dalam benak dan pikirannya apa yang harus dilakukan di awal awal kepemimpinannya. Tetapi kawan kawannya tidak pernah meninggalkan pilihannya tersebut dan berusaha terus mendampingi setiap program yang dijalankan.


Ilustrasi : Kelabang (Hanjalipan)
Kebaktian padang, pembentukan kepengurusan baru Permakris FE pun sudah terbentuk, selanjutnya rombongan mahasiswa kristen Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya itupun menikmati santap siang yang sudah dipersiapkan oleh pengurus lama, beberapa mahasiswa menikmati santap siangnya di tempat tempat yang nyaman dan rindang, sayangnya nyamuk nyamuk hutanpun ikut berpesta, bahkan ada salah satu mahasiswi yang saat sedang ke kamar kecil tersengat kelabang atau lipan (hanjalipan.red) sehingga kakinya langsung bengkak, untung saja ada Martin Sihite dan beberapa mahasiswa lainnya yang dengan sigap mengangkat mahasiswi itu (dia bingat ara lew.red) dan memberikan pertolongan pertama sehingga dapat diatasi. Di tempat lain nampak beberapa kawan kawan yang akrab dengan silpanus seperti, Nina, Diana Rini, Titin F, Idae R, Cuncun, Benhard, Godfried, Ampung, Yeriho, Hun Guruh, Bridel, Iwan dan beberapa mahasiswa angkatan 1993-1994 masih menikmati santap siangnya. 

“Dep, Maka tadi saya minta jangan milih saya waktu pemilihan, kok kamu malah milih saya?”. Ujar silpanus dengan Godfried yang biasa dipanggil Sadep, sementara Benhard yang biasa di panggil mister Been nampak senyam senyum karena mereka berdualah yang nampak akrab dengan silpanus. “Sorry Nus, aku khilaf?”. Ujar Godfried. “Hahahaha?”. Benhard hanya tertawa mendengar jawaban Godfried itu. “Tenang Nus, kami tidak akan juga membiarkan kamu, yang pertama sebaiknya kita susun agenda untuk ibadah di rumah rumah mahasiswa yang ingin di layani di rumahnya?”. Ujar Titin F. “Iya, betul itu Nus, sebaiknya itu yang pertama kita lakukan dulu?”. Sambung Nina yang juga menjabat sebagai bendahara Permakris FE. Sementara Diana Rini saat itu menjadi koordinator bidang Diakonia atau pelayanan. 

“Oke kalau begitu, nanti setelah kita kembali ke Palangka, kita sama sama susun program kita, minimal untuk tahun ini ada kelihatan dari hasil pembentukan pengurus yang baru ini?”. Ujar Silpanus yang masih nampak bingung dengan program apa yang harus di jalani untuk beberapa waktu kedepan.


Ilustrasi : Memanen Ubi Kayu (Singkong)
Selang beberapa hari pengurus baru melakukan kegiatan seremoni dengan mengumpulkan beberapa mahasiswa untuk menetapkan rencana apa yang harus di lakukan seiring dengan kepengurusan baru, memperkenalkan kepada beberapa mahasiswa angkatan baru bahwa Permakris FE akan melaksanakan diakonia/ibadah ke rumah rumah anggota yang berkeinginan untuk di layani, tidak disitu saja, beberapa orang dari pengurus Permakris FE menyampaikan program kepada beberapa dosen dan sebagian besar menyambut baik dengan rencana yang akan di laksanakan oleh pengurus, salah satunya akan melaksanakan Festival Lagu Rohani. “Nus, ada salah satu mahasiswi mau menerima pelaksanaan ibadah di rumahnya, bagaimana?”. Ujar Diana Rini. 

‘Oh, bagus itu, ditempat siapa?”. Balas Silpanus. ‘Dirumahnya Dewi Santi, rencananya hari kamis ini, gimana? Siap nggak dari pengurus?”. “Siapkan aja Din, kamu kan ahlinya dalam hal ini?”. “Oke, nanti saya coba persiapkan dengan Titin ya,?”. Sambung Diana.  “Oya, jangan lupa minta bantuan sama Maxelano sama Iwan ya untuk menyampaikan informasi ini kepada kawan kawan?”. Ujar Silpanus sembari mendekati Godfried dan Benhard yang nampak siap siap. “Hau handak kan kueh tu lew?”. Ujar Silpanus yang buru buru menemui mereka. “Biasa, handak buli helu?”. Balas Benhard. “En, halemei kareh jadikah main tenis meja ekam nah, jadi siaplah meja tenis?”. 

“Boh, maka male ikei ndue benhard main tenis nus?’. Ujar Sadep. “Akaylah, yoh bei? Kuat kuat ih helu ketun lah, mun jadi kuat haru aku malawan ketun ndue, sakaligus ketun ndue kau malawan aku?”. “Hau? Babujur ampi, en ulih lah malawan ikei kue sadep nus?”. Kata Benhard sambil tertawa santai. “Ulih, awi aku hapa bet je kilau kahain nyiru nah?”. “Hahahaha, terai mun kute, sama ih nanjaru?”. Ucap Sadep protes.


Ilustrasi : Panen Ubi Kayu (Singkong)
“Eh wal, andau kamis kareh tege sembayang eka Dewi, elah dia dumah? Tuh sambayang Permakris perdana tu kepengurusan itah?”. “Iyekah nus?, yoh bei pasti dumah ikei kareh?”. Balas Benhard. “Jewu andau sabtu, ela dia bingat kea? Nina mimbit itah uras mangguang kabun Yeriho?”. “Narai gawi guang kabun Yeriho?”. Kata Sadep penasaran. “Kuan Nina nah, itah marukat kabun jawau ayu?”. “Boh? Dia basingi Yeriho itah marukat kabut jawau ayu?”. “Jamen ih kuan Nina, akan itah manggoreng ah tu kabun Magda?, ela dia bingat mander akan ewen Vera, Roby lah? Kareh aku mander akan ewen Ampung dengan Bridel?”. Ujar Silpanus santai. “Amun kute tasarah ih?”. “Ela tasarah tasarah kute Dep?”. Ujar Benhard ketus. “Boh, kanampi hindai nah? Aku tasarah ikau ih Ben, amun ikau manduan aku, pasti tulak kea aku te?”. “Hahaha, bujur kea kuan Sadep kau Ben?”. Sedang asyik mereka berbicara Nina dengan Diana menghampiri mereka. “Nus, jadi ikau mander akan wen nah, sabtu jewu marukat jawau Yeriho?”. Ujar Nina sambil memandang ke arah Benhar dan Godfried. 

“Jadi am, ewen ndue jadi siap jewu te, handak nampa narai ketun nah?”. Ujar Benhard. “Eh, jangan pakai bahasa itu dong, saya kurang paham?”. Celetuk Diana. “Sory Din, ini ada rencana Nina, kita besok hari, ke kebunnya Yeriho mengambil singkong?”. Ujar Benhar. “Oh, aku ikut dong?”. “Kamu itu pasti ikut, nanti di jemput sama Yeriho?, siap siap aja di rumah?”. “Oke, sip?. Rencananya mau di apain singkongnya Nin?”. “Kita goreng aja, katanya si Icha sama Magda ada resep baru cara menggoreng singkong yang enak?”. Balas Nina santai 

“Terus Yeriho sudah tahu nggak singkongnya mau di ambil?”. “Yerihonya belum tahu, makanya besok itu Yeriho jemput kamu agak terlambat, supaya pas kalian datang, singkongnya sudah masak?”. Sambung Benhard. “Hahahaha, jadi kisahnya mau curi singkong Yeriho kah?”. Balas Diana nampak geli mendengar siasat kawan kawannya.


Ilustrasi : Menggoreng Singkong
Hari yang ditentukan pun tiba, hari sabtu sekitar jam 9 pagi dimana sebagian besar mahasiswa tidak ada perkuliahan, ini dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa Permakris FE untuk sekadar berkumpul dengan kawan kawannya di sebuah pondok kebun miliknya Magda, disitu nampak beberapa mahasiswi sedang mengupas singkong dan mempersiapkan bumbu bumbu yang digunakan untuk menggoreng singkong itu,  nampak sekali keakraban para pengurus Permakris FE yang baru dan beberapa anggota di dalam suasana kebersamaan, Nina, Magda, Titin F, Vera, Bridel, Maxelano, Iwan, Benhard, Godfried, Roby, Guruh, Silpanus, Ampung, Icha. “En ampi, Ca? jadi kea gorengan jawau ketun nah?”. Ujar Iwan sambil bercanda. “Nunggu sanjulu Wan, sisa isut hindai, kareh itah kuma hayak hayaklah?”. Balas Icha yang nampak berkeringat karena suhu panas dari api dan minyak goreng. “Amun angat jawau kau kahing kahing, ela terewenlah? Maklum ih tuh, hebes!!!”. Sambung Icha sambil sesekali menyeka keringatnya dengan sapu tangan. 

“Eh dia hubung Yeriho nah mangat manduan Diana?”. Kata Vera. “Ela helu Ver, metuh tuh kuan Diana, Yeriho tege tu huma lagi? Jadi kuang kuh dengan Diana lambat lambat ih helu ikau, kareh mun jadi haru aku manyuhu kan hetuh?”. Ujar Nina. “Akayah, Konspirasi ampi tu lah?”. Celetuk Roby. “Hahahahaha, te uluh je merancana nah?”. Ujar Nina sambil menunjuk ke arah Silpanus yang sedang duduk duduk bersama Godfried, Benhard dan beberapa kawannya lain, kebetulan saat yang bersamaan Ampung sedang berjalan melewati Silpanus dan kawan kawannya jadi semua pandangan tertuju kepada Ampung saja sebagai otak konspiratornya, padahal bukan dia.


Ilustrasi : Hasil Gorengan Singkong
“Yu, telpon ndai Diana nih, handak beres am jadi gorengan tuh?. En ampi Magda sambal je nampa mu nah? Tau kea baduruh kare hebes awi kapadas ah nah?”. Ujar Nina sambil senyam senyum. “Tuh dia hebes ndai je baduruh Nin, sala sala tau takunjit haream?”. Sahut Magda “Hahahahahaha, akayah? Pahawen itah ara mun kute, mun sampai takunjit haranan nyarenan ka padas sambal?”. Jawab Titin F. Kurang lebih sepuluh menit, datang Yeriho dan Diana Rini di tempat mereka berkumpul. “Aduh? Sorry lah saya tadi lama, jadi tidak bisa bantu?”. Ujar Diana Rini sambil tersenyum penuh makna. “Santai aja Din, semuanya sudah beres?”. Sahut Iwan. “Saya aja yang menjemput dari jam tujuh, bayangkan sampai sini sudah jam sepuluh, tiga jam di rumah Diana aja?”. Ujar Yeriho yang nampak sedikit lelah. “Hahahahaha, terus selama tiga jam kamu di rumah Diana ngapain aja Ho?”. Ujar Vera. 

“Itu, di ajak oleh bapak saya main catur, sambil ngopi? Sudah tiga gelas minum kopi Yeriho tadi?”. Ujar Diana yang nampak Geli. “Hahahaha, matei itah lew, kuat tutu ikau mihup kopi sampai telu galas?”. Celetuk Iwan dengan Yeriho. “Kanampi aku di mihup kopi lew?, awi aku santar kalah main catur malawan bapa Diana?”. Sahut Yeriho kalam. “Hahahahahahaha, buhen ikau dia ma sms Sadep, maka iye pakar main catur, dia sampai ikau kalah telak awi bapa Diana?”. Ujar Iwan. “Handak ih ma sms Sadep nah Wan, kanampi yo, hp kuh cara imbing bapa Diana, awi kua? Aku tau curang main catur?”.

“Hahahahaha, katawan uluh bakas te balak muh lew?”. Sambung Iwan yang masih nampak kegelian, nampak kawan kawan mereka yang mendengarpun nampak tertawa kecil mendengar pengakuan Yeriho yang menjemput Diana. Beberapa saat kemudian nampak Icha dan Magda membawa gorengan singkong yang nampak lezat, apalagi ditambah es kelapa yang segar sangat cocok di hari menjelang siang itu. “Puna mantap kea Magda tuh?”. Ujar Iwan sambil tersenyum, “Boh, bujur bujur lew?, narai je mantap nah?”. Sahut Maxelino. 

“Tege maksud ampi tuh lah?”. Sambung Benhard yang juga senyam senyum. “Boh, jite lew je mantap nah? Gorengan te maksud kuh?”. Ucap Iwan mengklarifikasi maksud kata katanya. “Mikeh ih lew, batambah saingan kuh kareh, maka uras palar kakena kakare saingankuh tuh nah?”. Sahut Benhard sambil bercanda. “Ooiii pahari? Yu hatukep ndai, jadi am kakare gorengan tuh?”. Ujar Icha memanggil kawan kawannya yang lain agar merapat untuk bersama sama menikmati gorengan yang lezat itu.


Ilustrasi : Merasa Kepedasan
“Sahindai itah uras kuman kakare gorengan tuh, en mun itah balaku dengan ketua Permakris FE helu balaku doa?”. Ujar Vera santai “Eh apa itu artinya?”. Bisik Diana Rini dengan Nina, maklum mahasiswi yang masih belum mengerti bahasa dayak itu selalu bertanya dengan teman temannya. “Itu artinya, dengan segala hormat kawan kawan kita ini minta kamu memberikan menyuapi singkong ini ke Benhard?”. Balas Nina “Oh begitu ya, oke?”. Balas Diana Rini, yang langsung berdiri dan langsung mengambil sepotong gorengan singkong dan berjalan ke arah Benhard kemudian menyuapinya, Benhard nampak kebingungan dengan sikap Diana itu, kok mendadak menyuapinya. “Akayah? Ben? Dia sala lah kau?”. Celetuk Iwan kaget. 

“Puna sala ih lew, tuh puna gawin Nina, katawang kuh iye te je puna rajin nampa talu gawi je bahalap tuh?”. Sahut Benhard sambil tertawa santai. Sementara kawan kawan yang lain ikut juga tertawa. “Awi jadi Benhard helu mangkeme gorengan te, aku menenga kesempatan akan Benhard mimbit itu  doalah?”. Ujar Silpanus yang berusaha menghindar dari permintaan kawan kawannya untuk berdoa. Benhard pun dengan terpaksa menuruti permintan kawan kawannya dan kemudian  memimpin doa. Setelah selesai berdoa mereka kemudian menikmati gorengan tersebut sambil tidak henti hentinya bercanda.

“Haw, leha lah kilau angat puji aku mangkeme gorengan jawau kilau tuh?”. Ujar Yeriho sambil sesekali memperhatikan singkong goreng yang dipegangnya. “Buhen lew, kilau angat sapi lah?”. Celetuk Iwan. “Dia lew, amun angat sapi nah awi puna hapan royko rasa sapi, jawau ah tuh kilau dia asing intu jela kuh?”. Sahut Yeriho semakin penasaran. Nampak Silpanus, Benhard, Godfried, Ampung, Bridel dan Vera juga Nina serta beberapa orang lain yang terlibat dalam konspirasi nampak tertawa kecil karena sebenarnya singkong yang sedang mereka makan adalah singkong dari kebun miliknya Yeriho yang di ambil tanpa sepengetahuannya. Mendadak Diana Rini tanpa sengaja membokar konspirasi itu. 

“Kalau begini, sering sering aja kita ke kebun Yeriho, biar bisa makan goreng singkong terus?”. Ujarnya dengan polos. Nampak beberapa kawan kawannya saling pandang. “Boh!!, jadi jawau tuh bara kabun kuh kah?”. Ujar Yeriho seraya tersentak, semuanya terdiam membisu mematung, ada yang masih memegang singkong, ada yang sudah memasukan singkongnya ke mulut, ada yang baru mengambil singkong dari piring. Tiba tiba Iwan pu memecah keheningan karena penuh kekuatiran. “Boh, en kanampi tuh?”. Celetuknya. Dengan memandang kesemua kawan kawannya satu persatu yang nampak mematung Yeriho kemudian mengambil sepotong singkong dari piring, lalu memandangnya sejurus kemudian memakannya. 

“Puna mangat kea jawau bara kabun kuh tuh, hahahahahahahahahahahaha?”. Ujar Yeriho tertawa terbahak bahak hingga hilanglah kekuatiran semua orang yang memakannya. Dan semua orangpun menikmati singkong goreng dengan es kelapa itu dengan nikmatnya. “Ela lalau are wal, kareh tau taketut?”. Ujar Nina sambil membisiki Icha yang nampak berkeringat karena pedasnya sambal yang dibuat oleh Magda. “Amun taketut nah dia masalah ih Nin, je gaer kuh nah mikeh takunjit ih, puna mias kapadas sambal tuh?”. Sahut Icha pelan. “Akay ndu? Tuh nah kuan uluh banjar Liwar Banarrrrr Padasnyaaa?”. Kata Iwan yang nampak menahan rasa pedas.


Sembuluh, 6 Pebruari 2018, 09.15.WIB Oleh : Silpanus


Permakris "Singkong Goreng"
“Eh,. Kawan kawan sekalian ini saya mau sampaikan, kalau hari kamis nanti kita ada kebaktian di rumahnya Dewi Santi?”. Kata Diana seraya menyebarkan alamat rumah Dewi Santi. “Ini di jalannya sekitar mana ya Din?”. Sahut Iwan sambil menyeka mulutnya dengan tangannya. “Boh, leha dia katawam eka nah wan, maka rajin ikau kea magah Sadep maja eka bihin nah?”. Ujar Vera sambil tertawa kecil. “He iye, mambuka kisah huran ndai kawal tuh,.? Maka Sadep metuh tuh nah lagi ekspansi tu sekitar jalan manunggal hindai?”. Sahut Maxelino alias Cole. “Narai je ekspansi nah Cole? haru aku mahining bahasa ayum te?”. Sahut Ampung penasaran. “Boh lew? En ikau dia paham lah ekspansi nah, amun bahasa itah nah ekspansi te kilau melebarkan sayap, buka cabang kanih kate?”. “Hahahaha, akay Dep, puna hebat kea ikau lew? Mamasang banjur ampi lah?”. Ujar Ampung memahami penjelasan Maxelano. “Ye kute pang tuh lew, mikeh tege je kana genjeh genjeh cinta auh nah?”. Ujar Godfried alias Sadep menanggapi canda teman temannya yang  masih asyik menikmati gorengan singkong yang masih meninggalkan beberapa potong lagi. 

“Hahahaha, bahasa indonesia nah getar getar cinta ye lo Dep?”. “Bujur kuam Ca, tapi tu nah dia ndai je getar getar cinta, puna kilau uluh kana konsleting nah jadi?”. “Boh dep, ela lalau manyarena, jelang ih inyampai kareh helu kakawalan beken, mun handak jitu, balajar dengan Iwan kau?”. Sambung Icha. “Terai,.. mun aku balajar dengan Iwan, kareh tau uluh te je handak denga? Iye kau nah lihai manampa uluh bawi te genjeh genjeh cinta denga?”. Ujar Godfried ketus.


Permakris "Kebaktian Padang"
“Eh, dari tadi saya itu bingung dengar bahasa kalian itu, saya nggak paham? saya ketawa ketawa aja bila melihat ada yang ketawa padahal saya nggak paham?”. Ujar Diana yang nampak protes. “Din, kamu mau nggak cepat ngerti bahasa dayak?”. Ujar Nina semangat. “Iya, saya mau aja, gimana caranya Nin?”. Sahut Diana yang tambah semangat. “Caranya, kamu harus menerima Yeriho atau Tony jadi pacar kamu, tinggal kamu aja memilih satu diantara dua itu?”. Sambung Nina serius. Tiba tiba Yeriho batuk batuk jaim. “Uhuk uhuk,..?” bunyi batuk jaim Yeriho seakan akan memberi signal kalau dia siap seratus persen. “Waduh, kalau caranya seperti itu, saya yang bingung Nin? Soalnya dua duanya ini luar biasa setianya, susah saya memilih satu dari dua, maunya sih dua duanya aja kali ya?”. Sambung Diana sambil senyum canda. 

“Akayah, terai mun kute? Mapai kea tiap malem minggu aku dengan Tony haganti maja ekam Din?”. Ujar Yeriho sambil menepuk jidatnya. “Eh? Apa tadi kata Yeriho?”. Ujar Diana yang nampak manggut manggut. “Kata Yeriho itu lebih baik pilih dia saja?”. Jelas Nina. “Te ye, beken je bagatel beken je gayau, kuan uluh banjar nah? Lain yang gatal lain yang di garu?”. Balas Yeriho. “Hahahahahahaha,?”. Sontak saja semua orang yang mendengar perkataan mereka itu tertawa semua. Dimasa usia periode kepengurusan permakris FE yang baru, banyak hal yang telah mereka lakukan dengan penuh kegembiraan, tidak ada yang saling sikut menyikut apalagi untuk urusan kekasih, semuanya di bawa dalam canda dan gurauan sehingga tidak pernah ada yang namanya perselisihan untuk urusan tersebut, semuanya di jalani sesuai dengan batasan dan tanggung jawab sebagai bagian dari persekutuan iman yang membahagiakan.


Kebahagiaan persekutuan itupun terbawa saat saat menjalani perkuliahan dimana setiap ada tugas yang diberikan oleh dosen pastilah antara teman yang bisa atau mampu menjawab selalu memberikan hasil jawabannya kepada temannya yang tidak bisa. Seperti hari hari menjalani perkuliahan Novalina Tirza adalah mahasiswi yang mempunyai kemampuan intelegensi yang baik dari beberapa kawan kawannya tidak jarang tugas yang diberikan dosen selalu dapat di kerjakannya dengan baik, sehingga kawan kawannyapun selalu berusaha meminta jawaban kepadanya apabila mengalami kesulitan. “Dep, jadikah tugas pengantar ekonomi mikro nah?”. Ujar silpanus yang saat itu belum menyelesaikan tugas dari salah satu dosen yang paling disegani di FE ekonomi kala itu. 

“Hindai nus, ye tuh lagi manunggu Nova, kian Diang nah, Nova jadi am?”. Balas Godfried yang juga nampak kebingungan karena tugasnya belum ia selesaikan. “En ayum kanampi Ben?”. “Sama ih lew?, masih blank kea tuh, jatun titik terang ampi tuh?”. Sahut Benhard sambil memainkan polpen dengan jarinya. “Waduhlah, maka sisa sepuluh menit hindai, tame am dosen tuh?”.


Momoent Ketika Pelaksanaan Festival Lagu Rohani
“Coba Ben, ikau manyusur jalan je rajin halau Nova, mikeh tege halangan iye tu jalan?”. Ujar Silpanus mencari solusi. “Iyoh Ben?, amun itah dia tau manjawab? reken reken ih itah telu tuh? Mahamen hindai te pang?”. Ujar Godfried. Benhard kemudian keluar ruangan dan berjalan menuju parkiran dimana  motornya di parkir. Baru saja ia naik ke atas motornya, tiba tiba Nova datang di antar seorang laki laki dari Fakultas lain. “Te ye Nova, selamat am itah Dep, dewa penyelamat itah dumah jadi?”. Ujar Silpanus sambil menunjuk Nova yang keliatan buru buru masuk kedalam ruangan. 

“Akayah Va, sama narai ih angat perasaan ikei telu tuh dengam?”. Ujar Godfried sambil merapikan tempat duduk Nova seakan akan putri raja yang datang. “Boh, buhen nah dengan perasaan ketun telu, ela lalau marabut aku tuh, bahali kareh maatur waktu ketun maja aku malem minggu?”. Sahut Nova yang nampak terengah engah berlari menuju ruangan. 

“En, ngomong ngomong? Kanampi tugas ain ikei telu jadi inampa lah Va?”. “Tenang ih Ben?, jadi siap tuh?”. Sambung Nova sambil mengeluarkan sebuah makalah Pengantar Ekonomi Mikro dan menyerahkan kepada temannya itu. “Tinggal ketun telu ih kareh kanampi cara menyampaikan itu diskusi,?”. “Masalah manyampai tenang ih Va, yang penting print out tuh jadi tege?”. “Tawangkuh ih Ben, ikau nah puna lihai mun jadi narator, bujurkah, salahkah je nyampai muh nah dia katawan uluh kea, paling paling dosen ih je katawan je nyampai muh?”. “Hahahaha, jelas ih jikau Va, tuh ruangan tuh eweh je dia kasene dengan Benhard alias mr Been?, je pander ah dia lalau jelas’. Sambung Godfried sedikit mencela. “Boh, te nah salah satu cara Dep, amun aku bapander kilau uluh je normal nah kareh katawan uluh kasala penjelasan itah?”. “Bujur kuam Ben, ayu bey, atur ih? Amun kurang siap ih tu manambah penjelasan te kareh?”. Ujar silpanus.


Perkuliahan hari itu berjalan dengan baik, semua mahasiswa kelompok A jurusan manajemen Fakultas Ekonomi telah menyelesaikan diskusi mereka dengan baik dan hasilnya untuk kelompok Silpanus, Godfried dan Benhard untuk nilai Print Out mendapat nilai B plus, sementara untuk penyampaian materi dalam diskusi mendapat nilai D, nilai yang cukup wajarlah di terima oleh mereka karena efek dari penjelasan Benhard yang membuat kawan kawannya menepuk jidat semua karena kurang paham dan mengerti dengan kosa kata yang di sampaikan, masalahnya hampir sama dengan kosa kata mr Been yang ada di tayangan tv. “Ben, hancur itah andau tu, presentasi itah je nyampai muh nah dia je tambah kakawalan harati, malah tege je pehe kanai manyarenan tatawe, malah hining kuh endau Diang te sampai taketut awi manahan mangat iye di tatawe?”. Ujar Godfried. 

“Kanampi aku dia kute lew? Narai tampayah kuh mata dosen te kilau je handak balua nah, ampi kilau basingi?”. Balas Benhard. “Kanampi dia basingi nah Ben, amun bahasa ayum te dia jelas, bahasa inggris dia kea, bahasa dayak dia kea, mungkin anak awaw ih je paham dengan bahasa ayum te?”. “Hahahahaha, ye kute lah kisah itah andau tuh Nus, presentasi je buruk, sesuai dengan nilai presentasi itah dinun D, aku tunggu tunggu kea ikau bapander metuh te Nus?”. 

“Kanampi aku tau bapander Ben, amun ikau cara hakutak je dia jelas kute, aku gen manyarenan arep kuh kea mangat di tatawe, dia ikau payah endau Diang te sampai taketut haranan manyarenan tawe?, tampayah kuh kea matan bau dosen kilau kasak undang nah manampayah ikau? Tambah ih aku te ngarekot kilau kelep je nyahukan nah?”. Kata silpanus yang berusaha berkilah. “Ye am ampin itah telu tuh lew? Puna mampahawen ih? Kueh tugas jadi Nova je manggawi, untung nilai makalah itah te dinun B plus, beken kesah tuh? Kanampi halemei kareh? Ela dia bingat sambayang eka Dewi Santi?”. “Iyohlah, karenga dia bingat aku te Nus, haranan mikir presentasi je endau te?”. Ujar Sadep.


“Jam lime ampi lah,?”. “Iyuh Dep, ela lambat, awi ikau je manggitar akan mengiring Titin kareh?”. Ujar Silpanus. “Yoh, tenang ih, asal Benhard dia lambat kea manduan aku, amun misal ah aku talambat, ela manyingi aku? Nyingi Benhard awi iye je manduan aku te?”. Sahut Godfried berkilah. Saat mereka asyik ngobrol datang rombongan Vera, Iwan, Maxelino, Icha, Roby, Yeriho, Tony, Titin dan Ampung. “En halemei kareh jatun berubah rencana lah?”. Ujar Iwan. “Palus lew, jadwal dia barubah?, eh Wan, tege peteh Anya, kua laku duhup ikau manjemput iye kareh tu huma? Awi motor ayu lagi hapan pahari?”. Ujar Icha. “Iyuh, haru aku bingat kea, tege peteh Diana laku duhup Yeriho jemput iye kua?”. Sambung Titin. “



Tidak ada komentar:

LAUK KAPAR

           PILIHAN GANDA 1.       Cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun k...