Kasongan,
9 Juli 2017, 09.30 WIB
Oleh
: Silpanus
Area Bukit Batu Kasonan |
Kota
Kasongan yang berslogan green city atau Kota Hijau ibukota Kabupaten Katingan
mempunyai salah satu situs budaya yang hingga kini masih dirawat dan di jaga
oleh pemkab Katingan dengan cukup baik, salah satu situs tersebut adalah Bukit
Batu.
Suatu lokasi atau area yang kini dijadikan tempat wisata budaya yang
dibuka untuk umum sebagai tempat rehat sekaligus untuk melihat tempat pertapaan
Cilik Riwut, yang merupakan tokoh dayak dikenal sebagai bapak perintis
pembangunan sekaligus merupakan gubernur pertama di bumi Kalimantan Tengah.
Kawasan pertapaan Tjilik Riwut yang dibuka secara resmi oleh Warsito Rasman
gubernur Kalimantan Tengah pada masanya
sebagai obyek wisata yaitu pada tanggal 17 Mei 1996.
Keunikan susunan bebatuan |
Kawasan
yang di dominasi dengan batu batuan yang tersusun secara alami atau bahkan
secara kasat mata tersusun secara gaib memberikan suasana area bukit batu
tersebut seakan akan dipenuhi oleh hal hal yang terkadang di luar logika atau
akal sehat.
Namun bisa terlihat begitu nyata sejauh mata memandang, beberapa
tempat dengan rumah rumahan kecil (sandung.red) di lengkapi bendera bendera
kuning yang merupakan ciri khas kepercayaan leluhur suku dayak yang sangat di
hormati di kalangan masyarakat dayak menjadi simbol bahwa tempat tempat
tersebut menjadi sakral dan harus di hormat oleh semua pengunjung yang datang
untuk tidak melakukan hal hal yang tidak berkenan di lokasi atau area sakral
tersebut.
Beberapa pengunjung memanfaatkan momen momen terbaiknya untuk
berselfi dengan keluarga dengan latar belakang pemandangan batu batuan yang
tersusun begitu indah, setiap batu yang di anggap memiliki nilai budaya oleh
pemkab di beri nama, hanya saja seiring waktu, nama nama dari batu batuan tersebut
ataupun lokasi lokasi yang dianggap sakral hanya tinggal nama saja.
Sementara
deskripsi dari maksud ataupun makna pemberian nama terhadap batu batuan ataupun
area tertentu sudah tidak bisa terbaca lagi karena tersapu oleh cuaca dan waktu
yang menggerus tulisan tulisan yang ada.
Batu batuan yang di beri nama
memberikan makna tersendiri bagi keberadaan batu batuan tersebut, bahkan konon
di percaya jika melakukan sesuatu niat baik pada batu batuan tersebut akan
memberikan hal yang positif bagi orang yang mampu melewati ataupun melaksanakan
apa yang menjadi tantangannya.
Celah sempit Batu Kamiak |
Di
area bebatuan yang di beri nama Batu Kamiak, ada celah yang sempit yang konon
jika orang mempunyai niat kemudian bisa melewati celah sempit tersebut dan
keluar dari tempat sempit yang berbeda juga dari area tersebut, niscaya niat
yang ingin di kehendakinya bisa terkabul, banyak beberapa pengunjung yang
mencoba melewati celah celah sempit yang ada di area Batu Kamiak, ada yang
berhasil ada juga yang terpaksa kembali ke celah semula karena tidak bisa atau
mengganggap dirinya tidak akan bisa melewati celah berikutnya.
Di area bukit batu ini ada tempat yang konon sebagai
pemandian para bidadari, seiring dengan waktu dan zaman area yang di anggap
sebagai tempat pemandian para bidadari ini seperti tempat biasa saja dengan
bentuk segi empat yang dibuat dengan susunan batuan yang di bentuk oleh ahli
ahli bangunan, di dalamnya di tempati bendera bendera kuning sebagai simbol
bahwa tempat tersebut dianggap sakral.
Celah sempit Batu Kamiak |
Banyak yang di harapkan untuk
pengembangan tempat wisata budaya ini setidaknya untuk mengenang jejak jejak
budaya yang di tinggalkan oleh bapak perintis pembangunan Kalimantan Tengah
bapak Tjilik Riwut, sosok tokoh dayak yang sangat di kagumi oleh masyarakat
dayak Kalimantan Tengah, bahkan merupakan tokoh yang dikenal bapak proklamator
Ir. Soekarno sebagai tokoh dayak dari bumi Kalimantan Tengah.
Semoga setiap
nama dari batu batuan ataupun area area yang dianggap sakral agar di rehab kembali dengan tulisan
yang mampu bertahan hingga puluhan tahun
sehingga pengunjung yang datang dapat memahami makna dari setiap
pemberian nama dari batu batuan ataupun
area yang ada, semoga masyarakat Dayak di Bumi Kalimantan Tengah tetap
dilindungi oleh Tuhan, dan dapat tetap selalu menjaga nilai nilai luhur yang
sudah di berikan oleh para tetua tetua adat hingga di tahun tahun mendatang.
Tabe Salamat Lingu Nalatai, Salam Sujud Karendem Malempang, Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka'Saruga, Basengat Ka' Jubata. Arus arus arus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar