Mulen Untuk Mengapai Cita
Sembuluh II,28 Nopember 2016, 11.30 WIB Oleh : Silpanus_Cerpen
Bel masuk terdengar dari kejauhan, sirene tanda masuk belajar dibunyikan pertanda pelajaran akan segera di mulai, “Merry! Ayo cepat jalannya jangan kaya penganten sunat!”. Tegur Hamim yang nampak melebarkan langkah kakinya.
“What! Penganten sunat kata mu!”. Sahut Merry lalu
buru buru melebarkan langkah kakinya hingga menyusul langkah Hamim yang
kelihatan diburu nafas kelelahan.
“Cape ya!, makanya jangan badan yang di
besarkan, efek makan terus tuh jadi melar tuh badan!”. Ejek Merry. Kedua pelajar
SMAN-1 Danau Sembuluh itu akhirnya tiba juga di depan pagar sekolah.
“Stop!! Sudah
tahu terlambat mau langsung masuk, tidak bisa!”. Tegur pak Saleh berdiri di pos
jaga sambil memegang pentungannya nb.jangan gagal
paham ya, pentungan adalah semacam alat yang terbuat dari karet panjang
berwarna hitam digunakan untuk memproteksi diri dari ancaman yang membahayakan
diri.
“Maaf pak, tadi kami di hadang oleh anak anak tidak sekolah, mereka mau memalak
kami pak, benar pak gak bohong!”.
“Iya pak Saleh, benar kata Merry, tadi kami
mau di begal pak?”. Balas Hamim.
“Ah,
kalian ini pandai bohong, mana ada begal di sini, ini akal akalan kalian berdua
saja supaya bisa masuk, sudah tahu terlambat pakai tipu tipu segala, gak ngaruh
tahu!”. Kata pak Saleh tegas.
”Ayolah pak! Ijinkan kami masuk, nanti kalau saya
tidak masuk sekolah hari ini maka besar kerugian yang saya alami pak, kalau pak
Saleh tidak percaya belahlah dadaku ini pak! Saya tidak bohong pak!.
“Hus!, Mer!,
ngapain kamu pakai kata kata belahlah dadaku, memangnya kamu mau mati ya!”. Bisik
Hamim.
“Apa lagi katamu!, kamu pikir kamu ayam potong yang nyuruh nyuruh gitu,
dasar kampret!, pokoknya kalian tidak boleh masuk, sampai ada instruksi dari
pimpinan!”. Tegas pak Saleh saraya menuju kursi singgasananya.
“Gawat
kita Hamim, rugi besar saya hari ini!”. “Ini gara gara kamu juga, jalan kaya
penganten akhirnya terlambat kita sampai sekolah!”.
“Saya tadi sebenarnya lagi
kesakitan Mim, jadi gak bisa cepat cepat jalannya!”.
“Emangnya sakit apa Mer!”,
“Ssst, jangan keras keras nanti kedengaran pak Saleh!”.
“Iya tau, emangnya
sakit apa juga!”.
“Saya, lagi sakit bisul Mim!”.
“Hahhhhhhh!!! Kamu kena bisul
Mer!”. Kata Hamim terkejut dengan nada keras, hingga pak Saleh jadi terkejut
dan air teh yang mau diminumnya tumpah kena baju kerennya.
“Astaga!!!, ternyata
kamu lagi kena bisul ya, kenapa tidak bilang dari tadi!”. Kata pak Saleh seraya
turun dari kursi tahtanya.
“Kamu sih Mim, saya bilang jangan keras keras, jadi
kedengaran pak Saleh tuh!”. “Kalau kamu kena bisul, kenapa bohong tadi, nyebut
nyebut di begal segala, sana cepat masuk!”. Sambung pak Saleh sambil membuka
gembok gerbang.
Hamim
dan Merry saling pandang, mereka heran kenapa tiba tiba pak Saleh
mempersilahkan masuk, tanpa banyak bicara lagi mereka berdua langsung masuk ke
halaman sekolah, baru saja memasuki halaman tiba tiba. “Hei, yang terlambat
cepat kesini!”. Kata bu Novi yang lagi piket.
“Hai, gadis mulen, saya mau beli nih!” |
“Aduh, baru saja lolos dari mulut
cicak sekarang masuk mulut buaya!”.
“What Mim, kok pribahasanya gitu!”,
“Apanya
yang salah Mer, kamu aja yang gagal paham, otak lo bisnis mulen melulu sih!”.
“Memangnya
yang didepan tadi cicak ya Mim, lalu sekarang buaya gitu!”.
“Kan sudah tua Mer!”.
“Ah, kamu bisa saja Mim!”.
“Kenapa terlambat!”. Kata ibu Novi di hadapan Hamim
dan Merry.
“Maaf bu, tadi kami terlambat karena lamaaaaaaa di intrograsi pak
Saleh!”. Kata Merry. Sementara Hamim agak melongo mendengar perkataan Merry
yang tanpa wajah bersalah itu.
“Alasan saja, pasti kalian sengaja terlambat,
ibu tidak mau tahu!! Karena kalian berdua terlambat, kalian berdua berdiri
didepan tiang bendera sambil hormat, ayo kerjakan!”. Kata bu Novi tegas. Hamim
dan Merry akhirnya berjalan menuju tiang bendera tempat paling bersejarah untuk
anak anak pelajar yang selalu melakukan pelanggaran kedisiplinan.
“Mim, rasa
rasanya bisul saya pecah juga ne Mim!”.
“Ah, yang benar saja Mer, jadi tambah
malu nanti kita, tahan dulu lah! Jangan sampai pecah!”.
”Hallo, bisul nanti ya
kamu pecah!”.Ujar Merry bercanda sendiri.
“Hai, gadis mulen, saya mau beli nih!”.
Kata Johanes yang tiba tiba menghampiri Merry dan Hamim yang dalam posisi
hormat bendera.
“Gila kamu Jo, apa tidak lihat saya lagi di hukum!”.
“Iya, saya
lihat Mer, tapi sayakan cuma tanya saja mulennya pagi ini ada nggak!”.
“Nanti,
jam 9 mulennya di antar!”. Sahut Merry ketus.
“Hei, itu Johanes ngapain kamu di
situ, apa kamu mau hormat bendera juga!”. Kata bu Novi yang melihat tingkah
Johanes. Buru buru Johanes ambil langkah seribu menuju kelasnya.
“Hai, gadis mulen, apa mulennya ada hari ini!”. |
“Astaga!!, kamu bikin
saya kaget saja, untung bis….!”. Mendadak Merry menghentikan kata katanya
karena tangan Hamim mencubit pahanya.
“Sssssttt.. diam!”. Ujar Hamim. Begitu juga
Rahmadani mendadak terdiam dan nampak meringis kesakitan sambil memegang
kepalanya. Hamim heran dengan tingkah Rahmadani yang mendadak seperti orang
kesakitan.
“Kenapa kamu Dani!”,
“Saya juga herman Mim?”.
“Heran, maksud kamu?”.
“Iya Mim, masa tiba tiba ada sepatu slop 5 cm kena kepala ku!”.
“Siapa yang
melempar Dan!”.
“Itu yang saya heran, kalau bu Novi gak mungkin, saya lihat ibu
masih pakai slopnya!”,
“Lalu siapa yang melempar!”. Kata Dani heran sambil
berlalu menuju kelasnya. Mendadak dari belakang ruang perpustakaan muncul bu
Fuah sambil berjalan timpang, kaki sebelah menggunakan slop kaki sebelahnya
tanpa slop.
“Eh, kalian lihat slop ibu gak!”. Kata bu Fuah menghampiri Hamim
dan Merry yang masih berdiri.
“Oh jadi ibu yang melempar slop tadi ya!”.
“Iya
Mim, tadi ibu lagi melempar buah jambu di belakang situ, oleh gak ada kayu,
jadi ibu lempar pakai slop ibu, eh ternyata melenceng jauh!”
“Hahaha, itu slop
ibu, tadi kena kepala Ramadhani bu!”. Kata Hamim nampak geli. Ibu Fuah pun
mengambil slopnya dan berlalu menuju ruang guru sambil sesekali tertawa geli
dengan kejadian yang terjadi.
“Mery, Hamim cepat kemari!”. Kata ibu Novi lewat
microphonenya. Sesampainya di hadapan ibu guru Fisika itu Merry nampak
berlinang air mata.
“Syukurlah kamu menyadari kesalahan kamu Merry, ibu harap
kamu tidak lagi mengulangi kesalahan kamu itu?”. Kata ibu Novi menesehati,
“Jangan
kamu tiru Hamim yang tidak terlihat menyesal dengan kesalahannya itu, sekarang
kalian masuk kelas sana!”
Merry
dan Hamim kemudian beranjak menuju kelasnya,
Iya, saya lihat Mer, tapi sayakan cuma tanya... |
“Mer, kamu menyesal ya sampai
sampai kamu menangis begitu?”.
“Nyesal apanya Mim!”.
“Tuh, kamu menangis di
hadapan ibu Novi tadi?”.
“Jelas saja saya menangis Mim, ini gara gara kamu
juga!”.
“Lho, memangnya apa salah ku Mer?”.
“Bisul saya yang satu pecah, gara
gara kamu cubit tadi!”,
“Hah!, jadi kamu menangis tadi bukan nyesal karena
dihukum?”.
“Saya nangis karena bisul saya sakit Mim!”
“Hahahahaha, saya pikir
kamu nyesal lalu nangis, eh ternyata satu bisul pecah! Hahaha?”. Kata Hamim
geli.
to be countinue…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar