Minggu, 22 April 2018

Misi Terselubung SADD


Darlan Atjeh,  22 Apil 2018. 09.00 WIB
Oleh : Silpanus

Kehadiran “Suara Aneh Ditengah Danau” (SADD). Adalah sebuah cerita fiksi horror. Sebagai karangan penulis. Yang masuk dalam halusinasi saja dan tertuang kedalam sebuah tulisan. Hadirnya “SADD” adalah dalam upaya menggali potensi diri dan mencoba mengembangkannya, hingga bisa di pergunakan sebagai bahan bacaan ringan bagi pembaca yang senang dengan cerita fiksi horror. Namun danau, yang ada dalam buku ini adalah sebuah tempat yang benar ada. “Danau Sembuluh”, “SMAN-1 Danau Sembuluh”, adalah tempat tempat yang nyata dan ada. Menurut beberapa sumber yang ada. “Danau Sembuluh” adalah danau yang terluas di Kalimantan Tengah, dan masuk dalam deretan danau terluas di Indonesia. Sehingga Pemprov Kabupaten Seruyan, dalam beberapa ivent di Desa Sembuluh, mencanangkan kalau “Danau Sembuluh”  sebagai salah satu destinasi pariwisata.


Banyak cara yang dilakukan oleh sebagian orang dalam mengekplorasi “Danau Sembuluh”. Salah satu penggiat muda yang dengan lantang, memperjuangkan tekadnya untuk menjaga “Danau Sembuluh” dari keterusikkan adalah Muhammad Yasir, seorang sastrawan muda yang berasal dari Desa Sembuluh. Dengan jalur yang di pilih, menulis sebuah buku yang berjudul “DANAU SEMBULUH”. Ada banyak pesan moral yang bisa di pelajari dari tulisannya itu. Ada lagi beberapa gerakan pemuda pemuda nelayan, yang mencoba mengeksiskan diri dalam sebuah organisasi. Untuk tetap eksis menjadi nelayan di Danau Sembuluh. Danau Sembuluh memberikan kehidupan penting bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Air danau merupakan sumber kehidupan itu.


Pemandangan"Danau Sembuluh" Dari Desa Sembuluh
Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah
Dan saya pun, ingin melibatkan diri dalam upaya mengekplorasi “Danau Sembuluh”. Melalui jalur “SADD”. Walaupun hanya sebuah fiksi horror namun misi terselubungnya adalah semata mata ingin menyampaikan bahwa, "Danau Sembuluh adalah sumber daya alam yang harus tetap terjaga, asri dan lestari". Jika orang orang asyik membaca buku fiksi horror ini, harapannya sepintas mereka juga dapat mengetahui bahwa “Danau Sembuluh” itu ada. Dan jika banyak orang yang tahu. misal dari sepuluh orang, menjadi seratus orang, dari seratus orang menjadi seribu orang bahkan bisa lebih banyak yang tahu. Maka bukankah suatu “keniscahyaan”, suatu saat Danau Sembuluh benar benar menjadi "objek wisata". Dengan begitu. Hutan hutan alami yang ada di sekeliling Danau Sembuluh tidak tergerus oleh kepentingan investasi hutan berdaun hijau lainnya. Dan pemprov pun akan semakin giat untuk melindungi Danau Sembuluh.

Sebagai awal tulisan yang saya buat dalam buku SADD, tidak lepas dari peran PUSTAKA MEDIA GURU, sebagai penerbit dan SAGUSABU juga memberikan motivasi yang luar biasa. Suatu ketika, ada teman yang juga tergabung dalam SAGUSABU, Dia biasa di panggil ibu Nining, dari Kobar, ia menyampaikan cuitannya di WA group SAGUSABU “aduh gimana ya? buku yang saya tulis, masih tipis seperti kue lapis?” katanya. Saya pun turut cuit di WA group itu “Bu, punya saya juga tipis halamannya bu? ayo semangat bu?. Maklumlah sesama murid di SAGUSABU yang di bina oleh PUSTAKA MEDIA GURU, kami harus saling menyemangati satu sama lain.

Suatu hari, saat di sekolah. Ketika saya sedang asyik menulis, seorang ibu guru dari kumpulan ibu ibu guru paling manis di sekolah kami, biasa di panggil ibu Siti Musliah, membawakan kue lapis. Oleh oleh dari perjalanannya. Saya pun di tawari kue lapis itu. Sejenak sayapun memperhatikan kue lapis itu, dan saya memahaminya, kue itu terdiri dari beberapa lapisan, baru terlihat tebal dan disebut kue lapis dan rasanya enak sekali. Apa yang di ucapkan ibu Nining jika bukunya setipis kue lapis, justru sebaliknya jika buku itu dibuat per episode maka akan menjadi kue lapis yang sebenarnya. Saya pun memotivasi diri untuk menulis “Suara Aneh Ditengah Danau II” (SADD II, SADD III dstnya), agar Danau Sembuluh, selalu hadir dalam cerita fiksi horror saya berikutnya. Dan berharap benar benar menjadi “Danau Wisata”

sinopsis
“SUARA ANEH DITENGAH DANAU”

Buku ini berisi tentang perjalanan beberapa orang siswa yang hendak menuju suatu tempat menggunakan perahu untuk memancing, Icip, Moko, Cece, Desy, Ema dan Suwalin adalah pelajar SMAN-1 Danau Sembuluh.

Tetapi di tengah tengah danau mereka tersesat kesuatu masa, setelah masuk kedalam gumpalan kabut putih yang tiba tiba ada di tengah danau, perahu mereka dibawa menuju kesuatu tempat yang angker, dan didalam perahu, mereka di datangi oleh mahluk mahluk yang menyeramkan, dan berusaha untuk menarik mereka satu persatu. Untuk menjadi penunggu sebuah pulau angker. Selanjutnya hanya melalui sebuah ponsel mereka bisa kembali. Bagaimanakah akhir ceritanya? Penasaran anda akan terjawab dengan membaca utuh buku ini


Buku fiksi horror ini lahir untuk para pembaca yang senang menjelajah buku buku fiksi horror, ditulis dengan background para pelajar yang berseragam putih abu abu di sebuah Desa Sembuluh, Kecamatan Danau Sembuluh Kabupaten Seruyan Propinsi Kalimantan Tengah, yang memiliki danau terluas di pulau KALIMANTAN.


Terima kasih kepada CV.Pustaka Media Guru
Terima kasih kepada Pimpinan Media Guru bpk. Mohammad Ihsan
Terima kasih kepada bpk Febry Suprapto, M.Pd.I selaku MOTIVATOR SAGUSABU
Terima kasih kepada Editor “Suara Aneh Ditengah Danau”. ibu Eni Siti Nurhayati
Terima kasih kepada desain sampul “Suara Aneh Ditengah Danau” @Kholidsenyum
Dan terima kasih kepada Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Tengah







Tidak ada komentar:

LAUK KAPAR

PELAYANAN DAN PERAYAAN NATAL DI PT.SALONOK LADANG MAS

  "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" (Lukas 2 : 15) Beberapa dokumentasi persiapan dalam menyambut Perayaan Natal 2024  di ...